LAPORAN
PRAKTIKUM
KIMIA
ANALISIS I
“
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN “
OLEH:
KELAS : G-2 FARMASI
KELOMPOK : 1 / BATCH A
NAMA : REGINA DESYCA S
NIM :
F201601090KELAS : G-2 FARMASI
KELOMPOK : 1 / BATCH A
PROGRAM
STUDI S1
FARMASI
STIKES
MANDALA WALUYA
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Banyak ion-ion terlarut yang kita
temui di sekitar kita misalnya pada air laut, sungai, limbah, atau pun dalam
bentuk padatannya seperti pada tanah dan pupuk. Metode yang digunakan untuk
menentukan keberadaan kation dan anion tersebut dalam bidang kimia disebut
analisis kualitatif. Untuk senyawa anorganik disebut analisis kualitatif
anorganik. Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan analisis
kualitatif. Ion-ion dapat diidentifikasi berdasarkan sifat fisika dan kimianya.
Pemeriksaan pendahuluan
adalah suatu tahapan analisa awal dalam analisis kualitatif, Dalam analisa
kualitatif cara memisahkan ion logam tertentu harus mengikuti prosedur kerja
yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapakan atau diubah dalam bentuk suatu
larutan. Untuk zat padat kita harus memilih zat pelarut yang cocok. Ion-ion
logam pada golongan-golongan diendapakan satu persatu dan diklasifikasikan
dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia
(Day, 1989).
Analisis kation
memerlukan pendekatan yang sistematis. Umumnya ini dilakukan dengan dua cara
yaitu pemisahan dan identifikasi. Pemisahan dilakukan dengan cara mengendapkan
suatu kelompok kation dari larutannya. Kelompok kation yang mengendap
dipisahkan dari larutan dengan cara sentrifus dan menuangkan filtratnya ke
tabung uji yang lain. Larutan yang masih berisi sebagian besar kation kemudian
diendapkan kembali membentuk kelompok kation baru. Jika dalam kelompok kation
yang terendapkan masih berisi beberapa kation maka kation-kation tersebut
dipisahkan lagi menjadi kelompok kation yang lebih kecil, demikian seterusnya
sehingga pada akhirnya dapat dilakukan uji spesifik untuk satu kation. Jenis
dan konsentrasi pereaksi serta pengaturan pH larutan dilakukan untuk memisahkan
kation menjadi beberapa kelompok (Ibnu, 2005).
Analisis anion tidak jauh berbeda dengan
analisis kation, hanya saja pada analisis anion tidak memiliki metode analisis
standar yang sistematis seperti analisis kation. Uji pendahuluan awal pada
analisis anion juga berdasarkan pada sifat fisika seperti warna, bau,
terbentuknya gas, dan kelarutannya (Tim kimia analitik UPI, 2000)
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan pemeriksaan pendahuluan adalah
untuk mengetahui ada tidaknya unsur kation atau anaion dalam suatau sampel yang
dapat memeberikan petunjuk-petunjuk yang sangat penting yang akan memudahkan
untuk pemeriksaan lebih lanjut
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Analisa dapat diartikan
sebagai usaha pemisahan suatu kesatuan pengertian ilmiah atau suatu kesatuan
bahan menjadi senyawa-senyawa penyusun yang kemudian dapat dipakai sebagai data
untuk menetapkan komposisi dari bahan tersebut. Kimia analitik merupakan bagian
dari ilmu kii yang mempelajari tentang penentuan atau pemisahan komposisi suatu
bahan (analisis kimia), baik yang berupa senyawa organic ataupun senyawa
anorganik. Analisis kimia dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu analisis
kimia kualitatif dan analisis kimia kuantitatif (Mahmudah, 2017: 1).
Analisis secara
kualitatif merupakan metode analisi kimia yang digunakan untuk mengenali atau
mengidentifikasi suatu insur atau senyawa kimia anion atau kation yang terdapat
dalam sebuah sampel berdasarkan sifat kimia dan fisiknya. Analisis kualitatif
dibagi menjadi pemeriksaan pendahuluan meliputi pengamatn fisik secara
organoleptik, pengamatan bentuk dan warna pada pemanasan, uji kelarutan dan
warna nyala. Pengamatan secara organoleptik merupakan langkah awal dalam
pemeriksaan pemdahuluan yang meliputi (Mahmudah, 2017: 1) :
1.
Bentuk dan warna
Diamati
apakah zat yang akan diselidiki berada dalam bentuk larutan atau zat padat.
Masing-masing ion dalam larutan akan memberikan warna yang khas.
2.
Bau
Mengenai
bau, jangan sekali-kali mendekatkan muka dan hidung pada zat tersebut, tetapi
dikipas-kipaskan ke hidung.
3.
Sifat higroskopis atau tidak
Ada
beberapa zat yang mempunyai sifat yang mudah menyerap uap air.
Analisis
kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi
kering diterapkan untuk analisis zat-zat padat, sedangkan reaksi kering
digunakan untuk analisis zat-zat dalam larutan (Mahmudah, 2017: 1).
Uji
warna, bau, serta bentuk atau wujud sampel sebagai berikut (Mahmudah, 2017: 1)
:
1.
Merah : Pb3O4, HgL2,
K3[Fe (CN)6]
2.
Merah jingga : dikromat
3.
Merah jambu : garam-garam dari mangan dan kobalt yang berhidrat
4.
Hitam :
MNO2
Setelah tahap
pemeriksaan secara organoleptik, maka tahap selanjutnya adalah uji kelarutan.
Pemeriksaan kelarutan bertujuan untuk memeriksa apakah zat tersebut larut dalam
air atau tidak dimana jika diketahui
kelarutannya maka bisa dihilangkan kemungkinan-kemungkinan lain.
Misalnya, jika suatu zat sukar larut maka sudah pasti (Mahmudah, 2017: 2) :
1. Zat
tersebut bukan garam-garam dari unsure NA, K, atau NH4
2. Zat
tersebut bukan garam-garam dari persenyawaan nitrat, kecuali Sb, Bi, Stano, dan
merkuri dimana unsure tersebut sebagian terhidrolisis oleh air.
3. Zat
tersebut merupakan logam atau oksida. Kecuali oksida dari Na, K, Ba, Sr, dan
Sa.
Dalam analisi
pendahuluan klasik meliputi pula uji mutu boraks, uji nyala, dan uji reaksi
dengan asam sulfat encer dan pekat. Pengamatn pada uji mutu boraks dilakukan
dengan mengamati pembentukan warna tertentu suatu senyawa yang melekat pada
manic yang dipanaskan pada nyala (Mahmudah, 2017: 2).
Uji nyala dapat
mengamati warna nyala senyawa yang dipanaskan dengan pembakar Bunsen, beberapa
logam memberikan warna spectrum yang khas apabila dikenakan pada nyala Bunsen.
Natrium memberikan nyala hijau dan sebagainya (Mahmudah, 2017: 2).
Gugus fungsi adalah suatu
atom yang tidak melekat pada suatu senyawa dan berperan memberikan sifat yang
khas dan berpengaruh pada sifat fisik dan kimia senyawa tersebut. Senyawa
organic yang mempunyai ikatan tunggal karbon-karbon dan karbon oksigen dalam
senyawa organic biasanya tidak reaktif karena mereka non-polar. Golongan polar
memebentuk bagian yang reaktif dalam suatu molekul organic yaitu gugus
fungsional tersebut (Svehla, 1985).
Alcohol adalah golongan
senyawa yang mengandung gugus fungsi hidroksil yang terikat pada karbon. Semua
alcohol mempunyai reaksi kimia yang sama karena mengandung gugus fungsional
ini. Ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga yang menghubungkan atom-atom
karbon juga dianggap gugus fungsional sebab lebih reaktif daripada ikatan
tunggal karbon-karbon (Clark, 2003).
Oksidasi alcohol mudah
terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air. Oleh karena itu, etanol
digunakan sebagai bahan bakar spiritus (Fessenden, 1986).
Gugus karboksil
merupakan gugus fungsional dalam asam-asam karboksilat misalnya asam asetat,
asam sitrat, sam benzoate, asam oksalat,dan lain-lain. Dalam air asam
karboksilat terdisosiasi menjadi ion karboksilat dan ion hidroksonium. Beberapa
reaksi yang menunjukkan adanya gugus karboksil adalah seperti memerahkan kertas
lakmus biru, dengan logam dapat menghasilkan hydrogen dengan alcohol
menghasilkan ester yang berbau harum, melepaskan iodium dan campuran KI dan KIO3
dan melepaskan belerang dari larutan tiosulfat (Petrucci, 1992).
Fenol adalah zat
Kristal tidak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH
dan strukturnya berikatan pada gugus hidroksil. Fenol memiliki sifat cenderung
asam karena ia dapat melepaskan H+ dari gugus hidroksil dan memiliki
kelarutan terbatas dalam air (Kelly, 2009).
II.2
Uraian Bahan
1. Aquadest
(Dirjen POM, 1979: 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih; tidak
berwarna;tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan / pelarut
2.
Asam
asetat (Dirjen POM, 1979 : 41 )
Nama
resmi : ACIDUM ACETICUM
RM/BM :
CH3COOH/60,05
Pemerian : Cairan jernih, tidak
berwarna, bau khhas, tajam, jika
diencerkan dengan air rasa asam
Kelarutan :
Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%),
dan gliserol P
Kegunaan :
Sebagai pereaksi
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup
baik
3. Asam salisilat (Dirjen POM, 1979: 56)
Nama
resmi : ACIDUM
SALICYLICUM
Berat molekul : 138,12
Pemerian : Hablur ringan tidak
berwarna atau serbuk berwarna putih; hampir tidak berbau; rasa agak manis dan tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian
air, dan dalam 4 bagian etanol (95%) p; mudah larut dalam kloroform P, dan
dalam eter p; larut dalam larutan ammonium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat
P, kalium sitrat P dan natrium sitrat P.
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup baik
Khasiat : Keratolitikum, anti fungi
3. Asam sulfat (Dirjen POM, 1979: 58)
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Rumus molekul : H2SO4
Berat molekul : 98,07
Pemerian : Cairan kental seperti
minyak, korosif, tidak berwarna; jika ditambahkan kedalam air menimbulkan
panas.
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan
4.
Etanol (Dirjen POM, 1979: 65)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, alkohol
Pemerian : Cairan tak berwarna,
jernih, mudah menguapa, dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam
air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,
terlindung dari cahaya; ditempat sejuk, jauh dari nyala api
Khasiat : Zat tambahan
5.
FeCl3 (Dirjen POM, 1979: 659)
Nama resmi :
FERRI CHLORIDA
Nama lain : Besi (III) klorida
Berat molekul : 162,5
Pemerian : Hablur atau serbuk
hablur, hitam kehijauan, bebas warna jingga dari garam hidrat yang telah
berpengaruh oleh kelembapan
Kelarutan : Larut
dalam air,lautan berpotensi berwarna jingga
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup rapat
Khasiat : Sebagai
pereaksi
6.
Indkator PP (Dirjen POM, 1979: 657 )
Nama resmi :
FENOLFTALEIN
Berat molekel : 318,33
Pemerian : Serbuk
hablur putih atau putih kekuningan lemah, tidak berbau, stabil diudara
Kelarutan :
Praktis tidak larut dala air, larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat :
Zat tambahan, indikator
7.
NaOH (Dirjen POM, 1979:412 )
Nama resmi :
NATRII HYDROYIDUM
Nama lain :
Natrium hidroksida
Berat molekel : 40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran
massa hablur kering, keeping,keras, rapuh,dan menunjukkah susunan hablur;
putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap
karbondioksida
Kelarutan
: Sangat mudah larut
dalam air, dan dalam etanol
(95%) p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat :
Zat tambahan
BAB
III
METODE
KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Gegep
kayu
2. Gelas
kimia
3. Kompor
listrik
4. Pipet
tetes
5. Rak
tabung
6. Sendok
tanduk
7. Tabung
reaksi
III.1.2 Bahan
1. Aquadest
2. Asam
Salisilat
3. Ethanol
4. FeCl3
5. H2SO4
6. Indikator
PP
7. NaOH
III.2 Prosedur
Percobaan
1. Uji Alkohol
Sampel Tabung Reaksi
↓
Ditambahkan
asam salisilat
↓
Ditambahkan
3 tetes H2SO4
↓
Dipanaskan
↓
Bau spesifik
( + )
2.
Uji Asam karboksilat
Sampel Tabung reaksi
↓
Ditambahkan etanol
↓
Ditambahkan 3
tetes H2SO4
↓
Dipanaskan
↓
Bau spesifik ( + )
3.
Uji fenol
Sampel Tabung reaksi
↓
Ditambahkan
larutan FeCl3
↓
Warna ungu (+)
4.
Uji ester
Sampel Tabung reaksi
↓
Ditambahkan NaOH
↓
Ditambahkan indikator
PP
↓
Dipanaskan
↓
Warna bening (+)
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN
IV.1 Tabel pengamatan
No.
|
Sampel
|
A
|
B
|
C
|
D
|
1.
|
Uji
alkohol
|
+
|
−
|
−
|
−
|
4.
|
Uji
asam karboksilat
|
−
|
+
|
−
|
−
|
3.
|
Uji
ester
|
−
|
−
|
+
|
−
|
2.
|
Uji
fenol
|
−
|
−
|
−
|
+
|
1. Sampel
A : Warna : Tidak berwarna (jernih)
Bau : Berbau khas
Bentuk : Cairan (jernih)
Sampel
A ialah Aethanolum
Sampel A memiliki gugus alkohol
2. Sampel
B : Warna : putih
Bau : hampir/tidak berbau
Bentuk : Serbuk hablur
Sampel B
ialah asam karboksilat yang memiliki gugus karboksil
3. Sampel
C : Warna : putih
Bau : hampir/tidak berbau
Bentuk : serbuk Hablur
Sampel C ialah ester yang termaksuk dalam gugus karboksil
4. Sampel
D : Warna : Putih
Bau :
Hampir tidak berbau
Sampel D adalah asam salisilat yang memiliki gugus fenol
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini kami melakukan percobaan untuk mengetahui ada tidaknya
gugus pungsi pada sampel jika dilihat dari segi warna dan bau. Uji gugus yang
dilakukan adalah uji alkohol, uji asam karboksilat, uji fenol, uji ester. Pada percobaan ini sampel dibagi menjadi
empat yaitu, sampel A, B,
C dan D. Masing-masing sampel di uji dengan 4 kali pengujian untuk mengetahui ada tidaknya
kandungan alkohol, fenol , ester, dan asam karboksilat.
Dari hasil praktikum diketahui bahwa sampel
A mengandung gugus Fungsi R-OH yaitu alkohol kaerena terdapat bau spesifik seperti bau
minyak angin ( balsem ) hal ini telah sesuai dengan literatur bahwa jika terbentuk
bau spesifik maka sampel + mengandung alkohol.
Terbentuknya bau minyak angin
diakibatkan karana terjadi proses esterfiksasi asam salisilat sehingga membentuk etil silisilat. Dimana etil salisilat adalah cairan bening dengan bau
wintergreen yang telah digunakan untuk percobaan sakit pigang, reumatik dan saraf (Ganiswarna, 1995).
Dari hasil praktikum diketahui bahwa sampel B mengandung gugus
fungsi R– COOH yaitu asam karboksilat karena terbentuk bau spesipik pada saat percobaan. Hal ini telah sesuai dengan litaratur bahwa jika
terbentuk bau spesifik maka
sampel + mengandung asam karboksilat. Terbentuknya bau spesifik dari proses esterfikasi antara asam karboksilat dan gugus alkohol yaitu etanol yang kemudian
ditambahkan asam sulfat pekat sebagai katalisator kemudian
direfluk untuk menyempurnakan reaksi yakni dengan memanaskan campuran lalu
ditambahkan sedikit aquadest (Fessenden,1982).
Dari hasil praktikum diketahui bahwa sampel C mengandung gugus fungsi R-COO–R yaitu ester. Hal ini hal ini telah sesui dengan literatur yaitu jika
indikator PP dari berwarna ungu berubah menjadi bening maka sampel + mengandung ester. Perubahan warna disebabkan oleh ion natrium pada naoh berikatan
dengan gugus asam karboksilat pada senyawa dan membentuk ester sehingga
indikator PP tidak lagi mengenali adanya naoh dalam larutan.
Dari hasil praktikum diketahui bahwa sampel D mengandung gugus pungsi Ar-OH yaitu fenol karena adanya perubahan pada sampel
menjadi ungu.
Hal
ini karena larutan fecl3 bereaksi dengan fenol yang bersifat asam.
BAB
VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini, dapat kita simpulkan,
bahwa:
1. Sampel A positip mengandung alkohol karena terdapat bau spesifik
2. Sampel B positif mengandung asam karboksilat karena terdapat bau
spesifik
3. Sampel C positif mengandung ester karena terjadi perubahan warna dari warna ungu
menjdi warna bening
4. Dan sampel D positif mengandung fenol karena terjadi perubahan sampel
dari warna bening (tak berwarna) menjadi ungu
(berwarna) .
VI.2 Saran
Sebaiknya pada saat malakukan percobaan,
praktikan memperhatikan cara mencium bau spesifik yang timbul pada saat terjadi
reaksi antara sampel dengan bahan yang dicampurkan.